Senin, 19 November 2012

Profil Ernest Prakasa


ERNEST PRAKASA seorang Comic


"Sekarang ini ada jurusan kriminologi di universitas. Nanti kalau lulus gelarnya S Krim…"

Ernest Prakasa dengan gayanya/ Foto: Safari TNOL
Tentu saja stand up comedy yang dilakukan Ernest Prakasa (30), membuat pengunjung yang menghadiri peluncuran English Bean tertawa. Ada lagi, lawan kata-kata yang diucapkan Ernest membuat pengunjung selalu memperhatikan setiap ocehannya. Yakni, tentang wajah yang berbinar pada lelaki yang sudah beristri. Berbinar, katanya, karena bisa meningalkan istrinya di rumah untuk menghadiri peluncuran program English Bean.


Nama Ernest Prakasa mungkin tidak asing lagi bagi penggemar stand up comedy yang belakangan ini menjadi alternatif hiburan di televisi swasta. Mengingat kerap tampil di TV, jadwal job-nya juga semakin padat. Tidak hanya di Jakarta, ia juga kerap melakukan stand up comedy ke berbagai daerah. Tidak itu saja, ia juga kerap mengisi berbagai acara seperti peluncuran program belajar Bahasa Inggris yang dilakukan Telkom Indonesia dan SK Telecom Korea ini.

Saat ditemui TNOL, Ernest mengakui sangat menikmati profesinya sebagai pelaku stand up comedy. Apalagi comic (sebutan pelaku stand up comedy) merupakan profesi yang menarik. Menjadi comic juga bisa menjadi ajang pembelajaran untuk mengetahui tips dan trik stand up comedy. Selain itu, menjadi comic juga bisa diandalkan untuk menutupi kebutuhan hidup. 

"Stand up comedy bisa jadi profesi. Selama masih bisa memungkinkan bisa jadi profesi, ya kita jalani terus," kata Ernest.

Foto: Dok. Ernest
Menurutnya, menekuni profesi pelaku stand up comedy bisa dilakukan hingga usia lanjut. Itu menjadi salah satu kenikmatannya, karena tidak ada batasan usia dalam profesi stand up comedy. Sampai usia berapa pun selama masih mampu berdiri dan memberikan kata-kata yang lucu, maka masih bisa menekuni  profesi tersebut.

"Selama masih kuat 'hajar' aja terus, mumpung masih bisa berdiri, masih bisa ngomong," ujarnya meyakinkan.

Namun, sambung Ernest, untuk bisa menjadi comic ada teknik dasar yang harus dimiliki. Diantaranya adalah teknik keilmuan dari stand up comedy juga harus dipelajari. Namun, mengingat stand up comedy merupakan cabang dari seni, maka bakat atau talenta juga berperan sehingga perlu dimiliki oleh comic.

"Jadi kalau enggak ada bakat ya tidak jalan. Campuran lah antara bakat, kerja keras dan latihan juga," celotehnya memberi tips.

Selain itu, untuk menekuni profesi comic juga harus ada keberanian untuk tampil di panggung atau open mic. Karena, berbagai teori  yang didapat tentang stand up comedy tidak akan ada gunanya jika tidak mencoba secara langsung di atas panggung.

"Sering latihan lah. Latihan di rumah, latihan di open mic juga. Sekarang arena open mic di Jakarta sudah banyak. Latih dan jangan bosan-bosan nulis bahan yang bagus," papar lelaki kelahiran Jakarta, 29 Januari 1982 ini.

Gaya 'Slengean'

Foto: Dok. Ernest
Setiap melakukan stand up comedy ada satu hal yang unik dari Ernest Prakasa. Ia tidak segan-segan mengucapkan : "Gue Ernest dan gue China...". Apalagi karakteristik wajah Ernest yang juga menunjukkan dari etnis Tionghoa, semakin mempertegas hal itu. Namun, kata-kata itu, diucapkannya dengan enteng dibarengi dengan gaya 'slengean', santai dan seenaknya.

Menurut Ernest, dirinya kerap mengucapkan kata 'China' karena hal itu menjadi sesuatu yang menarik. Apalagi banyak juga yang tidak tahu tentang dirinya yang keturunan Tionghoa. "Jadi, itu sesuatu yang menarik. Karena memang itu konteksnya TV show stand up comedy makanya gue berani ngomongi. Kalau gue di sini belum tentu nyaman, bisa jadi suasana menjadi nggak enak," jelasnya.

Namun sebagai comic yang pernah tampil di berbagai tempat, Ernest juga pernah mengalami masa-masa yang membuatnya tidak bisa unjuk gigi di berbagai daerah. Ada juga masa-masa ketika stand up comedy dianggap tidak menarik.

Banyak faktor yang menyebabkan setiap ocehannya dianggap tidak lucu, seperti venue atau panggung yang terlalu terbuka sehingga membuat pengunjung tidak bisa tertawa bebas. Panggung juga dipenuhi dengan berbagai cahaya dan suara sehingga membuat suasana tidak fokus. Apalagi dalam situasi itu banyak pejabat atau petinggi perusahaan, sehingga akan menjaga diri untuk tidak tertawa lepas.

Biasanya suasana yang tidak bersahabat itu ketika mengisi acara perusahaan yang datang ke sebuah kafe untuk makan atau mengobrol. Sehingga ketika datang tidak siap untuk menyaksikan stand up comedy. Namun, sebagai profesional hal yang demikian dianggap biasa.

"Ya gimana, telen aja. Habisnya kita kan professional, kita sudah kasih masukan ke penyelenggara kalau stand up itu jangan sambil makan. Tapi kalau itu diadain juga, kita sudah kasih tahu risikonya bahwa stand up sambil makan sambil ngobrol tidak akan optimal. Tapi, ya udah tidak apa-apa," jelas lelaki yang menganut motto 'jika mau sukses, harus kerja keras' ini. 

Sebagai seorang comic, Ernest juga mengidolakan comic yang lain seperti Pandji Pragiwaksono. Di mata Ernest, sosok Pandji Pragiwaksono sangat komplet. Pandji tidak hanya seorang comic tapi juga entertainer sehingga mampu menjaga situasi yang buruk. Sebagai MC pun, Pandji juga mumpuni membuat suasana menjadi hidup. "Skill-nya lengkap lah, dari segi public speaking, dari segi seorang comic," jelasnya.

Sosok Pandji, sambung Ernest, juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Pandji tidak segan-segan untuk berbagai ilmu dan pengalaman tentang stand up comedy. Tidak ada yang disembunyikan tentang kepiawainnya ber-stand up comedy kepada siapa pun.  "Kita tukar cerita dan pengalaman, tidak ada pelit-pelitan," tandasnya.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Sugeng rawuh dhateng blog kulo Copyright © 2010 | Designed by: Compartidisimo