ERNEST PRAKASA seorang Comic
"Sekarang ini ada jurusan kriminologi di universitas.
Nanti kalau lulus gelarnya S Krim…"
Ernest Prakasa dengan gayanya/ Foto: Safari TNOL
Tentu saja stand up comedy yang dilakukan Ernest Prakasa
(30), membuat pengunjung yang menghadiri peluncuran English Bean tertawa. Ada
lagi, lawan kata-kata yang diucapkan Ernest membuat pengunjung selalu
memperhatikan setiap ocehannya. Yakni, tentang wajah yang berbinar pada lelaki
yang sudah beristri. Berbinar, katanya, karena bisa meningalkan istrinya di
rumah untuk menghadiri peluncuran program English Bean.
Nama Ernest Prakasa mungkin tidak asing lagi bagi penggemar
stand up comedy yang belakangan ini menjadi alternatif hiburan di televisi
swasta. Mengingat kerap tampil di TV, jadwal job-nya juga semakin padat. Tidak
hanya di Jakarta, ia juga kerap melakukan stand up comedy ke berbagai daerah.
Tidak itu saja, ia juga kerap mengisi berbagai acara seperti peluncuran program
belajar Bahasa Inggris yang dilakukan Telkom Indonesia dan SK Telecom Korea
ini.
Saat ditemui TNOL, Ernest mengakui sangat menikmati
profesinya sebagai pelaku stand up comedy. Apalagi comic (sebutan pelaku stand
up comedy) merupakan profesi yang menarik. Menjadi comic juga bisa menjadi
ajang pembelajaran untuk mengetahui tips dan trik stand up comedy. Selain itu,
menjadi comic juga bisa diandalkan untuk menutupi kebutuhan hidup.
"Stand up comedy bisa jadi profesi. Selama masih bisa
memungkinkan bisa jadi profesi, ya kita jalani terus," kata Ernest.
Foto: Dok. Ernest
Menurutnya, menekuni profesi pelaku stand up comedy bisa
dilakukan hingga usia lanjut. Itu menjadi salah satu kenikmatannya, karena
tidak ada batasan usia dalam profesi stand up comedy. Sampai usia berapa pun
selama masih mampu berdiri dan memberikan kata-kata yang lucu, maka masih bisa
menekuni profesi tersebut.
"Selama masih kuat 'hajar' aja terus, mumpung masih
bisa berdiri, masih bisa ngomong," ujarnya meyakinkan.
Namun, sambung Ernest, untuk bisa menjadi comic ada teknik
dasar yang harus dimiliki. Diantaranya adalah teknik keilmuan dari stand up
comedy juga harus dipelajari. Namun, mengingat stand up comedy merupakan cabang
dari seni, maka bakat atau talenta juga berperan sehingga perlu dimiliki oleh
comic.
"Jadi kalau enggak ada bakat ya tidak jalan. Campuran
lah antara bakat, kerja keras dan latihan juga," celotehnya memberi tips.
Selain itu, untuk menekuni profesi comic juga harus ada
keberanian untuk tampil di panggung atau open mic. Karena, berbagai teori yang didapat tentang stand up comedy tidak
akan ada gunanya jika tidak mencoba secara langsung di atas panggung.
"Sering latihan lah. Latihan di rumah, latihan di open
mic juga. Sekarang arena open mic di Jakarta sudah banyak. Latih dan jangan
bosan-bosan nulis bahan yang bagus," papar lelaki kelahiran Jakarta, 29
Januari 1982 ini.
Gaya 'Slengean'
Foto: Dok. Ernest
Setiap melakukan stand up comedy ada satu hal yang unik dari
Ernest Prakasa. Ia tidak segan-segan mengucapkan : "Gue Ernest dan gue
China...". Apalagi karakteristik wajah Ernest yang juga menunjukkan dari etnis
Tionghoa, semakin mempertegas hal itu. Namun, kata-kata itu, diucapkannya
dengan enteng dibarengi dengan gaya 'slengean', santai dan seenaknya.
Menurut Ernest, dirinya kerap mengucapkan kata 'China'
karena hal itu menjadi sesuatu yang menarik. Apalagi banyak juga yang tidak
tahu tentang dirinya yang keturunan Tionghoa. "Jadi, itu sesuatu yang
menarik. Karena memang itu konteksnya TV show stand up comedy makanya gue
berani ngomongi. Kalau gue di sini belum tentu nyaman, bisa jadi suasana
menjadi nggak enak," jelasnya.
Namun sebagai comic yang pernah tampil di berbagai tempat,
Ernest juga pernah mengalami masa-masa yang membuatnya tidak bisa unjuk gigi di
berbagai daerah. Ada juga masa-masa ketika stand up comedy dianggap tidak
menarik.
Banyak faktor yang menyebabkan setiap ocehannya dianggap
tidak lucu, seperti venue atau panggung yang terlalu terbuka sehingga membuat
pengunjung tidak bisa tertawa bebas. Panggung juga dipenuhi dengan berbagai
cahaya dan suara sehingga membuat suasana tidak fokus. Apalagi dalam situasi
itu banyak pejabat atau petinggi perusahaan, sehingga akan menjaga diri untuk
tidak tertawa lepas.
Biasanya suasana yang tidak bersahabat itu ketika mengisi
acara perusahaan yang datang ke sebuah kafe untuk makan atau mengobrol.
Sehingga ketika datang tidak siap untuk menyaksikan stand up comedy. Namun,
sebagai profesional hal yang demikian dianggap biasa.
"Ya gimana, telen aja. Habisnya kita kan professional,
kita sudah kasih masukan ke penyelenggara kalau stand up itu jangan sambil
makan. Tapi kalau itu diadain juga, kita sudah kasih tahu risikonya bahwa stand
up sambil makan sambil ngobrol tidak akan optimal. Tapi, ya udah tidak apa-apa,"
jelas lelaki yang menganut motto 'jika mau sukses, harus kerja keras' ini.
Sebagai seorang comic, Ernest juga mengidolakan comic yang
lain seperti Pandji Pragiwaksono. Di mata Ernest, sosok Pandji Pragiwaksono
sangat komplet. Pandji tidak hanya seorang comic tapi juga entertainer sehingga
mampu menjaga situasi yang buruk. Sebagai MC pun, Pandji juga mumpuni membuat
suasana menjadi hidup. "Skill-nya lengkap lah, dari segi public speaking,
dari segi seorang comic," jelasnya.
Sosok Pandji, sambung Ernest, juga memiliki kepedulian
sosial yang tinggi. Pandji tidak segan-segan untuk berbagai ilmu dan pengalaman
tentang stand up comedy. Tidak ada yang disembunyikan tentang kepiawainnya
ber-stand up comedy kepada siapa pun.
"Kita tukar cerita dan pengalaman, tidak ada pelit-pelitan,"
tandasnya.
0 komentar:
Posting Komentar